Laman

Showing posts with label Sangkuni. Show all posts
Showing posts with label Sangkuni. Show all posts

Friday, November 11, 2016

Makna Filosofis Tewasnya Sengkuni Oleh Bima





Sangkuni / Sengkuni sebagai sosok pembesar kerajaan yang sakti, licik, pengadu domba akhirnya tewas di ujung kuku tangan sang Bima.


Setelah Pandu meninggal dunia Kerajaan Hastina diperintah Drestarastra. Sangkuni menjadi penasehat utama bagi Kurawa sekaligus sebagai patih di kerajaan Hastina.
Anak keturunan Drestarastra  yang dikenal dengan para Kurawa selalu berbuat jahat kepada anak-anak Pandu yang dikenal dengan Pandawa. Dibawah nasehat dan kelicikan Sangkuni inilah Kurawa berhasil mencelakakan para Pendawa berulang kali. Hingga pada suatu saat para Kurawa mengajak taruhan para Pendawa dengan bermain dadu. Dalam permainan dadu tersebut jika Pendawa kalah maka Pendawa harus dibuang ke hutan selama 12 tahun dan menjalani hidup dalam penyamaran selama 1 tahun. Jika penyamarannya terbongkar Pendawa harus mengulang pembuangan ke hutan selama 12 tahun , mulai dari awal.


Dalam permainan dadu tersebut Pendawa kalah, para Pendawa harus menjalani pembuangan ke hutan selama 12 tahun dan penyamaran selama 1 tahun.
Setelah 13 tahun, yaitu masa pembuangan dan penyamaran selesai para Pendawa ingin mengambil kembali wilayah bagiannya. Peperanganpun tak dapat dihindarkan. Para Kurawa perang melawan para Pendawa. Dalam peperangan tersebut patih Sangkuni (Sengkuni) yang sakti perang melawan Bima. Patih Sangkuni sangat sulit dibunuh karena sangat sakti mandraguna.

Kresna dan Kyai Semar sebagai penasehat perang para Pendawa akhirnya turun tangan. Kyai Semar memberi petunjuk kepada Bima bahwa titik kelemahan Sangkuni terletak di dubur.
Setelah mengetahui titik kelemahan Sangkuni, Bima bergegas menuju medan pertempuran. Sangkuni dihajar habis-habisan oleh Bima, hingga tak sadarkan diri. Dalam keadaan tak sadarkan diri tersebut dubur Sangkuni dapat ditembus dengan senjata milik Bima, yaitu senjata “Kuku Pancanaka”. Dubur Sangkuni dirobek-robek Bima menggunakan Kuku hingga tubuh Sangkuni hancur. Sangkunipun tewas oleh Bima di medan pertempuran.

Para Kurawapun kalah. Wilayah Pendawa peninggalan ayahanda Pandu kembali dapat dikuasai dan diduduki.



Makna Filosofis
Sangkuni adalah sosok patih berarti dia pembesar dan pejabat di kerajaan Hastina. Paman dari para Kurawa. Sangat cerdik, licik, sakti, trampil dan ahli dalam menyusun strategi peperangan. Sangkuni adalah ahli fitnah, ahli memecah belah, ahli mengadu domba dan sangat sombong.
Tetapi bagaimanapun juga, sebesar dan setinggi apapun jabatannya, sesakti apapun ilmunya, sebanyak apapun jumlah tentaranya, Sangkuni tetap saja mati, tewas di medan pertempuran melawan Bima. Sangkuni tewas oleh kuku jari tangan milik Bima.
Sangkuni sosok pembesar, sakti mandraguna tetapi bisa mati, tewas hanya dengan ujung kuku. Hal ini mengandung makna filosofis, bahwa :
1. Kuku merupakan sesuatu yang kecil dan remeh.
2.  Sosok pembesar atau pejabat atau orang kaya tetap mempunyai kelemahan

3. Kesaktian yang dimiliki tidak bisa menjamin dirinya berumur panjang atau tidak bisa mati.

4.  Kesaktian dalam bentuk apapun punya kelemahan yang bisa menyebabkan dirinya mati tiba-tiba.

5.  Kesaktian menjadi tidak berarti tatkala dimiliki oleh sosok yang sombong, iri, licik, tukang fitnah, pengadu domba dan selalu meremehkan kepada lainnya.

6.  Titik kelemahan Sangkuni terletak di dubur. Ini membuktikan bahwa kematian bisa terjadi karena sebab- sebab yang dianggap remeh.

7. Sangkuni tewas oleh kuku jari tangan Bima. Kematian Sangkuni yang sakti ternyata dapat terjadi bukan karena senjata panah atau tombak atau senjata tajam lainnya. Tetapi hanya disebabkan oleh ujung kuku. Kuku adalah sesuatu yang dianggap tidak membahayakan bagi banyak orang tetapi dapat menyebabkan kematian. Kematian tiba-tiba dapat disebabkan oleh hal-hal yang sepele.

Masihkah merasa punya kelebihan atau kesaktian ? Masihkah pikiran dan hati dipenuhi dengan kesombongan ? Masih ingin mengadu domba ? Masihkah meremehkan yang lain ? Atau masihkah sombong karena berada diantara sosok-sosok pembesar yang sakti ?

Kurawa dalam peperangan melawan Pendawa selalu mengalami kekalahan karena para Kurawa sangat sombong, licik, iri, merasa lebih berhak, merasa sakti mandraguna, meremehkan para Pendawa.

Selamat membentuk karakter diri sendiri.
Selamat berjuang melawan diri sendiri.

Selamat membentuk kepribadian yang bisa diterima banyak orang.

Sengkuni / Sangkuni




Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti

Harya Suman Menjadi Sangkuni/Sengkuni




Masyarakat di Pulau Jawa sudah tidak asing dengan tokoh pewayangan Jawa yang bernama Harya Suman yang tampan dari kerajaan Plasajenar. Harya Suman mempunyai 2 saudara yaitu Gandara dan Dewi Gandari. Gandara dikenal sebagai raja di Plasajenar menggantikan ayahandanya Suwala.

Pada suatu hari raja Gandara mengajak kedua adiknya, Dewi Gandari dan Harya Suman pergi ke kerajaan Mandura untuk mengikuti sayembara memperebutkan Dewi Kunti. Di perjalanan Rombongan Gandara berpapasan dengan rombongan Pandu yang sedang menempuh perjalanan pulang ke Hastina sambil membawa Dewi Kunti setelah memenangkan sayembara di kerajaan Mandura.


Peperangan antara Gandara dan Pandu tidak terelakkan karena Gandara ingin merebut Dewi Kunti dari tangan Pandu. Gandara tewas di tangan Pandu. Gandari dan Harya Suman dibawa oleh Pandu ke kerajaan Hastina.
Sesampainya di Hastina Gandari diminta oleh Drestarastra, kakak Pandu untuk dijadikan isteri. Gandari marah dan tidak suka dijadikan isteri Drestarastra, karena ia ingin diperistri Pandu. Gandari sakit hati.

Karena kakaknya sakit hati maka Harya Suman berjanji kepada kakaknya untuk melampiaskan sakit hatinya dengan menciptakan permusuhan antara Kurawa, anak-anak Drestarastra dengan para Pendawa, anak-anak Pandu.
Kerajaan Hastina pada masa pemerintahan Pandu ini patihnya bernama Gandamana (Gandamana adalah pangeran yang berasal dari kerajaan Pancala). 


Harya Suman yang tampan berubah menjadi Sangkuni yang berwajah jelek.
Karena kakaknya yang bernama Gandari sudah dijadikan isteri Drestarastra maka Harya Sumanpun berambisi untuk menjadi seorang patih di Hastina. Harya Suman selalu berusaha menyingkirkan Gandamana sebagai patih di Hastina.
Hingga pada suatu hari Harya Suman berhasil mengadu domba Raja Hastina, Pandu dengan murid Harya Suman yang bernama Prabu Temboko (berwujud raksasa) dari kerajan Pringgadani.

Keteganganpun terjadi antara kerajaan Hastina dengan kerajaan Pringgadani. Maka diutuslah patih Gandamana dan Harya Suman sebagai duta perdamaian menuju kerajaan Pringgadani. Tetapi di tengah perjalanan Harya Suman berhasil menjebak patih Gandamana dan patih Gandamana masuk dalam perangkap Harya Suman. Harya Suman kembali ke kerajaan Hastina dan melapor (memfitnah Gandamana) kepada Pandu bahwa patih Gandamana telah berkhianat dan memihak kepada musuh. Raja Hastina, Pandu memutuskan untuk mengangkat Harya Suman menjadi patih di Hastina.
Patih Gandamana berhasil melepaskan diri dari perangkap Harya Suman dan bergegas kembali ke kerajaan Hastina. Setelah patih Gandamana mengetahui bahwa dirinya telah dikhianati, maka segera mencari Harya Suman. Harya Suman akhirnya diseret dan dihajar habis-habisan oleh patih Gandamana sehinga wajahnya yang semula tampan berubah menjadi sangat buruk, jelek.

Sejak itu Harya Suman namanya berubah menjadi Sangkuni, wajahnya buruk. Sangkuni berasal dari kata “saka” artinya dari dan “uni” artinya ucapan. Sangkuni adalah saka + uni = dari ucapan, bermakna ia menjadi cacat, buruk rupa, jelek karena hasil dari ucapannya sendiri.