Laman

Thursday, August 6, 2015

Ketika Muridku Kelas 7 Berbicara Menggunakan Krama Inggil.




Di hari-hari pertama masuk sekolah, peserta didik kelas VII, saya tanya : "Punapa sampeyan sedaya sampun matur dhateng tiyang sepuh kanthi sae?" Satupun tak ada yang menjawab.
"Punapa sampeyan sampun basa dhateng tiyang sepuh?" Tak ada yang menjawab. Pertanyaan serupa saya ulangi: "Punapa sampeyan sedaya sampun matur dhateng tiyang sepuh (bapak lan ibuk) ngangge krama inggil?" Hampir semua dengan serentak menjawab:"Dereeeng".
Apa yang ada dalam pikiran, hati dan benak Anda, ketika Anda sebagai seorang guru mendengar jawaban seperti itu?

Hati terasa teriris dan pedih. (Dalam hati bergumam : "Ini adalah tantangan yang harus saya selesaikan. Ini tak bisa dibiarkan. Ya Alloh, berilah saya kekuatan untuk menjalankan kepercayaan dan tanggung jawab ini, untuk merubah keadaan ini. Amin).  

Sehingga secara perlahan, untuk mata pelajaran bahasa Jawa anak-anak saya anjurkan, saya motivasi, saya arahkan dan saya bimbing agar saat berbicara dengan orang tua MULAI menggunakan basa Jawa Krama Inggil bagi yang belum pernah menggunakan basa krama inggil.

Berani atau tidak, malu atau tidak malu, anak-anak harus mengawali berbicara dengan orang tua menggunakan krama inggil dan bagi yang sudah menggunakan bahasa krama inggil ketika berbicara dengan orang tua, harus diteruskan dan diteruskan.

Setelah motivasi demi motivasi dan bimbingan serta contoh saya berikan, sedikit demi sedikit terjadi perubahan cara berbicara, perilaku dan sikap pada anak-anak. Semoga ini akan dapat berkembang yang lebih luas, terkontrol dan dinamis.

Di bawah ini beberapa pernyataan, tanggapan yang ditulis anak dengan bahasa yang sangat sederhana dan lugas dan disyahkan dengan tanda tanda tangan atau paraf orang tua, setelah anak-anak memulai berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa krama inggil.

Betapa sangat bahagianya aku, ketika membaca tanggapan demi tanggapan, meski dituangkan di atas kertas kecil, dengan bahasa yang sangat sederhana, lugas oleh anak-anak.

Dengan implementasi bahasa lisan yang sangat sederhana dan lugas ini saya berharap akan mampu menjadi dasar pendidikan dan pembentukan budi pekerti yang kelak akan menjadi karakter generasi bangsa yang berkualitas. (Mimpikah?, Idealiskah?)

Semoga apa yang telah dimulai anak-anak ini akan berlanjut dan berlanjut.
Sudah barang tentu hal ini membutuhkan tindak lanjut yang cukup serius dan berkala.


Di bawah ini tanggapan mereka :

Ketika Muridku Berbicara Dengan Krama Inggil

No comments:

Post a Comment