Laman

Friday, December 25, 2015

Sadarnya Pelaku Ghibah Dan Fitnah itu Di Akhirat





Dosa-dosa melakukan ghibah dan fitnah harus dima’afkan (dihalalkan) ketika masih hidup di dunia, jika tidak mau terhalang saat akan masuk surga (jika mungkin masuk surga).

Pelaku ghibah dan fitnah selalu mengingkari dirinya, mengingkari hatinya, mengingkari kebaikan-kebaikan yang telah diterima dari orang lain. Semua itu dianggap sebagai hal yang biasa. Apa lagi dalam melakukan ghibah dan fitnah disertai niat untuk menyingkirkan (menghancurkan) seseorang, pasti kemana-mana selalu mencari celah untuk mengghibah, menghasut dan mengadu domba. Sehingga orang-orang yang tidak mengerti apa-apapun berubah menjadi ikut mengghibah, membenci bahkan memusuhi seseorang yang menjadi sasaran ghibah dan fitnahnya.

Firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (QS. Al Qalam: 10-11)

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58).

Sabda Rasullullah :
"Maukah aku beritakan kepada kalian tentang orang-orang yang jahat di antara kalian?” Para sahabat menjawab: “Tentu”. Beliau bersabda: “(Yaitu) orang-orang yang ke sana dan ke mari menghamburkan fitnah, orang-orang yang merusak hubungan antar orang yang berkasih sayang, dan orang-orang yang mencari aib pada diri orang-orang yang baik".

“Tukang adu domba tidak akan masuk surga.” (HR Bukhari-Muslim)
“Tidak akan masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu domba).” (HR. Al Bukhari)



Pelaku ghibah dan fitnah tidak pernah menganggap bahkan melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah diterima dari orang lain atau bahkan orang yang dighibah dan difitnah. Ironisnya orang yang jadi sasaran ghibah dan fitnah tidak pernah melakukan kejahatan (dan atau tidak pernah merugikan apapun) kepadanya.

Pelaku ghibah dan fitnah tidak pernah merasa (tidak pernah menyadari) telah melakukan kesalahan besar, kejahatan besar, telah melakukan keburukan yang paling buruk dengan dosa yang sangat besar. Setiap kali mengghibah dosanya bertambah 30 kali dosa zina. Dosa orang yang dighibah berkurang 30 kali dosa zina. Satu kali mengghibah dosanya 30 kali dosa berzina (baca Terjemahan Kitab Bidayatul Hidayah, karya Imam Al Ghazali, halaman 19-20).



Dosa ghibah dan fitnah adalah dosa sesama umat manusia sehingga untuk menghalalkannya harus meminta ma’af secara langsung kepada orang yang dighibah. Jika tidak meminta ma’af, dosa yang sangat besar itu dibawa hingga ke akhirat. Allah tidak akan mengampuni dosa ghibah dan fitnah jika pelakunya tidak meminta ma’af kepada orang yang dighibah dan difitnah. Pasti !!!

Tetapi bagaimana akan meminta ma’af sedangkan hati dan pikiran pengghibah dipenuhi dan dikuasai kesombongan. Malulah jika harus minta ma’af. Gengsilah kalau harus minta ma’af. Jika minta ma’af pasti ketahuan telah melakukan ghibah, telah melakukan pelecehan (menghina) di hadapan orang. Karena takut akan “merasa malu” akhirnya pelaku ghibah dan fitnah memilih bertahan untuk tidak meminta ma’af. Lebih memilih berlumuran dosa yang sangat besar dengan siksa api neraka sebagai konsekuensinya.



Al Muflis (Orang yang BANGKRUT) yaitu orang yang amal baiknya banyak, pahalanya banyak, bahkan sebesar gunung tetapi MASUK NERAKA. Simak video di bawah ini.


Pelaku ghibah dan fitnah selalu bangga dengan dirinya. Merasa dirinya paling baik, paling berjasa, paling suci, paling benar, paling terhormat, merasa berpangkat, merasa punya jabatan, paling sakti, paling kuat, paling pintar. Orang lain yang menjadi sasaran ghibah dan fitnah dianggap tidak ada apa-apanya dan (ketika tidak bersamanya) orang yang menjadi sasaran ghibah selalu diremehkan, selalu dihina dan selalu dilecehkan dihadapan orang lain.

Setelah melakukan ghibah dan fitnah pasti tidak minta ma’af kepada orang-orang yang telah dighibah dan difitnah, tetapi malah menjadikan dirinya semakin congkak dan sombong, sok tahu bahkan menghasut dan mengadu domba dengan orang-orang lain. Orang lain yang terbawa arus ghibah dan mengiyakan, menanggung dosa yang sama besar dengan orang yang mengajak (bicara) ghibah dan fitnah.

Karena saat masih hidup di dunia, pelaku ghibah dan fitnah tidak meminta ma’af kepada orang yang dighibah dan difitnah maka di akhirat dituntut untuk mempertanggungjawabkannya. Dosa-dosa saat hidup di dunia yang tidak pernah dihalalkan tetap dibawa hingga kehidupan di akhirat. Siksa api nerakalah balasannya. Itulah dosa-dosa abadi dan akan tetap menjadi penghalang memasuki pintu surga.

Di akhirat, pelaku ghibah dan fitnah pasti menyesali perbuatannya dan sangat ingin meminta ma’af kepada orang-orang yang telah dighibah dan difitnah tetapi terlanjur sudah meninggal. Kehidupan sudah berganti yaitu di akhirat. Pelaku ghibah dan fitnah baru menyadari (ketika sudah meninggal/ di akhirat) bahwa melakukan ghibah dan fitnah itu sangat besar dosanya dan harus dima’afkan. Tetapi sudah tidak bisa.

Semua yang sudah meninggal tidak bisa hidup lagi. Pelaku ghibah dan fitnah selalu berteriak minta tolong, mencari orang-orang yang telah dighibah dan difitnah untuk dimintai ma’af. Tapi kemana mencarinya? Sudah tidak bisa. Semua telah terlambat.Tidak ada waktu lagi untuk menghalalkan (minta ma’af) dosa-dosa yang dilakukan ketika di dunia.

Dosa-dosa melakukan ghibah dan fitnah harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Semuanya butuh untuk dima’afkan (dihalalkan) agar dosa-dosa ghibah dan fitnah tidak menghalangi masuk surga.

Selamanya, pintu surga terhalang dosa ghibah dan fitnah karena saat masih di dunia dosa-dosa ghibah dan fitnah tidak dima’afkan (tidak dihalalkan, tidak digugurkan).

Taubat pelaku ghibah - Ustad Dr. Syafiq Riza Basalamah, Lc, MA






1 comment: