Laman

Monday, July 25, 2016

PAHALA BAGI ORANG YANG DIGHIBAH





Seseorang yang menjadi sasaran ghibah selalu mengalami hinaan, cacian, selalu diremehkan bahkan diadu domba dengan tujuan disingkirkan atau dibunuh karakternya. 

Ketahuilah bahwa orang yang dighibah selalu menerima pahala dari para  pengghibahnya. Semakin dighibah, pahalanya semakin bertambah. 
Semakin dighibah semakin bertambah banyak pahalanya tanpa melakukan kebaikan apapun. Oleh karena itu, selalu bersyukurlah jika ada yang mengghibahmu, karena pahala orang yang mengghibah berpindah kepadamu (kepada orang yang dighibah). 

Jika yang mengghibah tidak punya pahala maka dosa-dosa orang yang dighibah diambil oleh (berpindah kepada) orang yang mengghibahnya. Sehingga orang yang hidupnya selalu dighibah dan selalu bersyukur atas ghibah yang menimpanya maka ia semakin dimuliakan Allah SWT.

Bahkan di depan Allah kemuliaan orang yang selalu dighibah jauh berada di atas orang-orang yang hidupnya selalu mengghibah. Meskipun, ketika di dunia orang yang selalu mengghibah itu lebih tinggi jabatannya, nampak lebih berkecukupan materinya, terhormat kedudukannya, itu semua yang nampak di depan mata orang. Namun di depan Allah tidak demikian, semua sangatlah jauh berbeda. 

Allah tidak pernah lupa dengan kedzaliman yang dilakukan oleh setiap manusia.
Firman Allah : "Janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim". (QS. Ibrahim: 42)
Kedzaliman tidak akan pernah dilupakan Allah, meskipun manusia begitu mudah melupakannya.
Di hari kiamat, akan dilakukan hisab, dimana pahala orang yang mendzalimi akan diserahkan kepada orang yang didzalimi, hingga kedzaliman itu habis.
Nabi Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat : “Tahukah kalian siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?”
Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai uang maupun harta benda.”

Kemudian Nabi Muhammad SAW menjelaskan,
“Muflis (orang yang bangkrut) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim 6744 & Ahmad 8029).

Simak hingga selesai video di bawah ini, ceramah dari Syekh Ali Jaber : Pahala Hilang karena membicarakan kejelekan orang lain. Pahala menuaikan haji seseorang menjadi hilang (berpindah/ dihadiahkan) kepada orang lain yang ia ghibah.

BAHAYA LIDAH.
Salah satu kisah yang diceramahkan Syekh Ali Jaber adalah : Ada seorang laki-laki akan menunaikan ibadah haji. Karena isterinya sedang hamil maka laki-laki tersebut menunaikan haji dengan adik perempuannya. Sedang isterinya di rumah.
Pada saat menunaikan haji, setelah melempar jumroh laki-laki tersebut berkata kepada adiknya : "Mari segera kita selesaikan melempar jumroh ini agar kita segera bisa pulang, karena aku sudah sangat rindu kepada isteriku". Kata adik perempuannya : "Apa yang kamu rindukan sama dia, pendek dan tidak cantik".  Mendengar kata-kata adiknya, laki-laki tersebut hanya diam.

Kemudian ketika isteri laki-laki tersebut sedang tidur di rumah, dia bermimpi menunaikan ibadah haji. Lalu isterinya menanyakan hal mimpinya tersebut kepada ulama supaya ditafsirkan mimpinya.
Ulama itu bertanya : "Coba tanya kepada suami kamu, dengan siapa dia menunaikan ibadah hajinya".
Isteri laki-laki tersebut menjawab : "Suamiku pergi berhaji dengan adik perempuannya".
Ulama itu berkata :"Ada kata yang telah diucapkan adik perempuan suamimu yang mengakibatkan IBADAH HAJInya dihadiahkan untukmu".
Mengapa ibadah haji yang dikerjakan adik perempuan laki-laki tersebut , pahalanya untuk isteri laki-laki yang sedang hamil di rumah? Karena adik perempuan laki-laki tersebut telah berbicara tentang kejelekan isteri laki-laki itu. Adik laki-laki itu telah mengatakan : "Apa yang kau rindukan dari dia, pendek dan tidak cantik".
Maka pahala ibadah haji yang dikerjakan adik perempuan laki-laki itu dihadiahkan untuk isteri laki-laki yang sedang tidur di rumah.

Itulah bahaya lidah, bisa menghilangkan semua pahala kebaikan yang dimiliki.
Simak video Syekh Ali Jaber di bawah ini.




Ghibah Termasuk Kedzaliman

Allah menyebut ghibah dalam al-Quran sebagai perbuatan makan bangkai sesama muslim.
Allah berfirman : “Janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. (QS. al-Hujurat: 12)
Karena itu, para ulama memahami, kedzaliman ghibah akan berlanjut di akhirat. Dimana orang yang dighibah akan diberi pahala dari orang yang meng-ghibahnya. Sehingga ghibah mengurangi pahala seseorang. Sebaliknya, orang yang dighibah akan semakin bertambah pahalanya.
Beberapa keterangan ulama mengenai konsekuensi ghibah:
1. Ulama Tabi’in Hasan al-Bashri : “Demi Allah, ghibah lebih cepat menggerogoti agama seorang mukmin dibandingkan orang yang makan badannya.” (as-Shumt, Ibnu Abi Dunya, hlm. 129)

2.    Ulama Fudhail bin Iyadh : “Ada orang yang mengatakan kepada Fudhail, ‘Si A telah meng-ghibahku.’

Lalu Fudhail bin Iyadh mengatakan, : "Berarti dia telah memberikan pahala untukmu". (Hilyah al-Auliya, 8/108)

3.    Ulama Abdurrahman bin Mahdi
“Andaikan bukan karena benci maksiat kepada Allah, (maka aku akan lakukan maksiat), dan sungguh aku ber-angan-angan andaikan semua penduduk kota ini meng-ghibahku. Tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakan melebihi orang yang melihat pahala yang tertulis di catatan amalnya, sementara dia tidak pernah mengamalkannya.” (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5/305)

4.    Ulama Abdullah bin Mubarak
“Andai saya boleh meng-ghibah orang lain, tentu saya akan meng-ghibah kedua orang tuaku. Karena mereka yang paling berhak untuk mendapatkan pahala dariku”.

Abdullah bin Mubarak pernah berdiskusi dengan Sufyan at-Tsauri tentang Abu Hanifah :
“Sungguh Abu Hanifah sangat menghindari ghibah. Belum pernah aku mendengar beliau meng-ghibah seseorang meskipun musuhnya”.
Lalu Sufyan mengatakan : “Demi Allah, beliau sangat menyadari sehingga jangan sampai pahalanya hilang”. (Manaqib Abu Hanifah, 1/190)

No comments:

Post a Comment