Setelah
Pandu meninggal dunia Kerajaan Hastina diperintah Drestarastra. Sangkuni
menjadi penasehat utama bagi Kurawa sekaligus sebagai patih di kerajaan
Hastina.
Anak keturunan Drestarastra yang dikenal
dengan para Kurawa selalu berbuat jahat kepada anak-anak Pandu yang dikenal
dengan Pandawa. Dibawah nasehat dan kelicikan Sangkuni inilah Kurawa berhasil
mencelakakan para Pendawa berulang kali. Hingga pada suatu saat para Kurawa
mengajak taruhan para Pendawa dengan bermain dadu. Dalam permainan dadu
tersebut jika Pendawa kalah maka Pendawa harus dibuang ke hutan selama 12 tahun
dan menjalani hidup dalam penyamaran selama 1 tahun. Jika penyamarannya
terbongkar Pendawa harus mengulang pembuangan ke hutan selama 12 tahun , mulai
dari awal.
Dalam permainan dadu tersebut Pendawa kalah,
para Pendawa harus menjalani pembuangan ke hutan selama 12 tahun dan penyamaran
selama 1 tahun.
Setelah 13 tahun, yaitu masa pembuangan dan
penyamaran selesai para Pendawa ingin mengambil kembali wilayah bagiannya.
Peperanganpun tak dapat dihindarkan. Para Kurawa perang melawan para Pendawa.
Dalam peperangan tersebut patih Sangkuni (Sengkuni) yang sakti perang melawan
Bima. Patih Sangkuni sangat sulit dibunuh karena sangat sakti mandraguna.
Kresna dan Kyai Semar sebagai penasehat perang
para Pendawa akhirnya turun tangan. Kyai Semar memberi petunjuk kepada Bima
bahwa titik kelemahan Sangkuni terletak di dubur.
Setelah mengetahui titik kelemahan Sangkuni,
Bima bergegas menuju medan pertempuran. Sangkuni dihajar habis-habisan oleh
Bima, hingga tak sadarkan diri. Dalam keadaan tak sadarkan diri tersebut dubur
Sangkuni dapat ditembus dengan senjata milik Bima, yaitu senjata “Kuku
Pancanaka”. Dubur Sangkuni dirobek-robek Bima menggunakan Kuku hingga tubuh
Sangkuni hancur. Sangkunipun tewas oleh Bima di medan pertempuran.
Para Kurawapun kalah. Wilayah Pendawa
peninggalan ayahanda Pandu kembali dapat dikuasai dan diduduki.
Sangkuni adalah sosok patih berarti dia pembesar
dan pejabat di kerajaan Hastina. Paman dari para Kurawa. Sangat cerdik, licik,
sakti, trampil dan ahli dalam menyusun strategi peperangan. Sangkuni adalah
ahli fitnah, ahli memecah belah, ahli mengadu domba dan sangat sombong.
Tetapi bagaimanapun juga, sebesar dan setinggi
apapun jabatannya, sesakti apapun ilmunya, sebanyak apapun jumlah tentaranya,
Sangkuni tetap saja mati, tewas di medan pertempuran melawan Bima. Sangkuni
tewas oleh kuku jari tangan milik Bima.
Sangkuni sosok pembesar, sakti mandraguna tetapi
bisa mati, tewas hanya dengan ujung kuku. Hal ini mengandung
makna filosofis, bahwa :
1. Kuku merupakan sesuatu yang kecil dan
remeh.
2. Sosok pembesar atau pejabat atau orang kaya
tetap mempunyai kelemahan
3. Kesaktian yang dimiliki tidak bisa
menjamin dirinya berumur panjang atau tidak bisa mati.
4. Kesaktian dalam bentuk apapun punya kelemahan
yang bisa menyebabkan dirinya mati tiba-tiba.
5. Kesaktian menjadi tidak berarti tatkala dimiliki
oleh sosok yang sombong, iri, licik, tukang fitnah, pengadu domba dan
selalu meremehkan kepada lainnya.
6. Titik kelemahan Sangkuni terletak di dubur. Ini
membuktikan bahwa kematian bisa terjadi karena sebab- sebab yang dianggap remeh.
7. Sangkuni tewas oleh kuku jari tangan Bima.
Kematian Sangkuni yang sakti ternyata dapat terjadi bukan karena senjata panah
atau tombak atau senjata tajam lainnya. Tetapi hanya disebabkan oleh ujung
kuku. Kuku adalah sesuatu yang dianggap tidak membahayakan bagi banyak
orang tetapi dapat menyebabkan kematian. Kematian tiba-tiba dapat
disebabkan oleh hal-hal yang sepele.
Masihkah merasa punya kelebihan atau kesaktian ?
Masihkah pikiran dan hati dipenuhi dengan kesombongan ? Masih ingin mengadu
domba ? Masihkah meremehkan yang lain ? Atau masihkah sombong karena berada
diantara sosok-sosok pembesar yang sakti ?
Kurawa dalam peperangan melawan Pendawa selalu
mengalami kekalahan karena para Kurawa sangat sombong, licik, iri, merasa lebih
berhak, merasa sakti mandraguna, meremehkan para Pendawa.
Selamat membentuk karakter diri sendiri.
Selamat berjuang melawan diri sendiri.
Selamat membentuk kepribadian yang bisa diterima
banyak orang.
Sengkuni / Sangkuni
Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening
Pangastuti
No comments:
Post a Comment